Rasa aman bisa terkikis oleh pengalaman yang berulang dan tidak menyenangkan. Saya belum genap dua tahun tinggal di kota Bekasi, tapi sudah beberapa kali mengalami kejadian yang mengganggu rasa tenang, pemalakan oleh orang-orang tak dikenal.
Kejadian pertama terjadi saat saya dipalak oleh seseorang yang tampaknya kurang waras. Ia bersikeras meminta uang dan menolak pergi. Bahkan ketika saya mencoba menghindar, ia terus mengikuti saya. Akhirnya saya berteriak meminta tolong dan berlari hingga sosoknya tak lagi terlihat. Saat itu saya benar-benar panik dan merasa tidak berdaya.
Kejadian kedua menimpa saya dalam bentuk cat calling. Seorang pria asing memaksa ingin mengantar saya, padahal tujuan saya sangat dekat dari rumah. Situasi itu sangat tidak nyaman dan mengganggu. Sejak saat itu, saya memantapkan diri untuk belajar bela diri. Saya sadar, saya harus bisa menjaga diri sendiri karena tidak selalu ada orang lain yang bisa diandalkan.
Lalu ada kejadian lain, sepulang kerja di tengah hujan. Seperti biasa, saya berjalan kaki. Tapi tiba-tiba muncul perasaan tidak nyaman. Seorang pria muncul dan mencoba menghentikan saya, berpura-pura bertanya alamat. Tapi naluri saya langsung bereaksi, ada yang tidak beres. Tanpa banyak pikir, saya mempercepat langkah dan segera menjauhinya.
Namun, yang paling membuat saya geram adalah kejadian terakhir. Saat itu saya dan suami sedang mengendarai motor untuk mencari makan malam. Tiba-tiba, seorang pria menghadang kami di tengah jalan. Dengan niat baik, suami saya sempat menghentikan motor. Tapi saya langsung mengenali wajah orang itu, saya yakin dialah orang yang pernah membuat saya tidak nyaman sebelumnya.
Tanpa ragu, saya menepuk pundak suami dan berkata, “Ayo jalan, biarin aja.” Saya menatap pria itu dengan tajam, ingin menunjukkan bahwa saya tidak takut. Kami pun langsung pergi meninggalkannya.
Setiap kejadian ini bukan hanya soal rasa takut, tetapi juga tentang keberanian yang tumbuh perlahan. Saya belajar bahwa rasa aman itu mahal. Bahwa tidak semua niat baik harus direspon dan bahwa intuisi, terutama bagi perempuan, sering kali adalah pelindung terbaik yang dimiliki.
Bekasi kini bukan lagi tempat yang asing bagi saya. Tapi pengalaman-pengalaman ini menyadarkan saya bahwa kewaspadaan adalah bekal penting, di mana pun kita berada.
